Agar suasana liburan Natal semakin meriah, masyarakat kerap memasang pohon Natal yang dihias dengan apik di rumahnya. Pada Malam Natal, seluruh keluarga duduk mengelilingi pohon dan membongkar hadiah. Pohon Natal masa kini secara kasar dapat dibagi menjadi dua jenis: pohon Natal buatan dan pohon alami.

Pohon buatan

Pohon Natal buatan paling awal berasal dari Jerman pada abad ke-19 dan terbuat dari bulu yang diwarnai hijau. Pada tahun 1930-an, sebuah perusahaan yang menjual sikat pembersih di Amerika Serikat menemukan pohon Natal yang terbuat dari bulu sikat, yang sangat populer karena murah, tidak mudah terbakar, tidak berserat, dan dapat digunakan kembali. Setelah itu, pohon Natal aluminium juga sempat populer untuk beberapa waktu, namun saat ini sebagian besar pohon Natal terbuat dari plastik.

Pohon alam

Kebanyakan pohon Natal alami menggunakan pohon cemara. Dulu masyarakat sering menebang pohon liar untuk dijadikan pohon natal, namun kini pada dasarnya memanfaatkan hutan ekonomi buatan. Dibutuhkan waktu 4 tahun agar benih dapat tumbuh menjadi anakan kecil yang dapat ditanam, dan diperlukan waktu 8 tahun agar anakan tersebut tumbuh dengan ukuran yang tepat.

Ada juga dua jenis pohon Natal alami. Salah satunya mirip dengan tanaman dalam pot. Pohon itu digali sampai ke akar-akarnya dan dipindahkan ke pekarangan rumah. Namun hilangnya akar akibat penggalian dan hilangnya adaptasi terhadap lingkungan sangat merugikan kesehatan pohon. Oleh karena itu, tingkat kelangsungan hidup pohon-pohon ini sangat rendah.

Cara lainnya adalah dengan menebang pohonnya secara langsung dan menggunakannya sebagai produk sekali pakai. Bayangkan saja, jika pohon tidak mempunyai sistem perakaran, maka ia akan segera kering.

Usai liburan, kebanyakan orang punya pilihan yang sama: membuang pohon Natal. Di Amerika Serikat, kami menyerukan kepada semua orang untuk melepaskan dekorasi pada pohon Natal dan menempatkannya di depan pintu rumah mereka untuk didaur ulang secara terpadu. Semua negara bagian dan wilayah juga memiliki metode daur ulangnya sendiri. Jadi pernahkah Anda memikirkannya nasib pohon Natal daur ulang?